Tilangonews.com – Puskesmas Kecamatan Dungalio, Kabupaten Gorontalo, memberikan klarifikasi terkait keluhan warga yang sempat viral di media sosial mengenai pelayanan kesehatan.
Kepala Puskesmas Dungalio, Sudirman M. Umar, menegaskan pihaknya tetap memberikan pelayanan sesuai prosedur dan tidak ada pasien yang diabaikan.
Menurutnya, pasien yang mengeluhkan pelayanan datang pada Rabu (17/9/2025) pukul 09.49 WITA dan setelah melakukan pendaftaran pasien langsung masuk antrean klaster tiga, yakni kelompok pasien dewasa.
“Di klaster tiga pasien memang banyak, baik yang dirujuk maupun berobat biasa. Jadi pasien tetap dilayani, hanya saja harus menunggu giliran. Kami sudah menggunakan sistem rekam medik elektronik (RME), sehingga semua harus antre,” jelas Sudirman.
Menanggapi dugaan dokter yang berbicara dengan nada tinggi, Sudirman membantah adanya kemarahan. Ia menyebut hal tersebut hanya soal gaya komunikasi.
“Dokter tidak marah. Nada bicaranya memang begitu, beliau sudah lama bertugas di sini. Kalau cuma soal nada tinggi, mungkin sudah banyak pasien yang mengeluh,” katanya.
Terkait pemeriksaan gula darah dan asam urat, Sudirman mengakui stok stik di laboratorium memang kosong. Namun, ia menjelaskan sebenarnya stik tersedia di ruangan Program Penyakit Tidak Menular (PTM).
“Waktu petugas hendak mengambil stik di ruangan PTM, pasien sudah terlanjur ke apotek. Karena itu, resep dari dokter belum sempat diinput,” terangnya.
Lebih lanjut, Sudirman menyampaikan pihaknya akan segera melakukan evaluasi agar pelayanan ke depan lebih baik.
“Masukan masyarakat menjadi bahan penting bagi kami untuk memperbaiki layanan. Harapan kami, masyarakat tetap percaya dan nyaman berobat di Puskesmas Dungalio,” tandasnya.
Hal senada juga disampaikan, dr. Windy Tjioe yang menangani pasien itu, ditegaskan ia tidak memarahi hanya mengedukasi pasien.

“Saya bukan marah-marah, mungkin nada suara atau gaya komunikasi saya yang dianggap kurang menyenangkan. Saya hanya mensuport ibu itu, saya bilang, ibu harus kuat harus makan karena ibu memiliki dua anak kecil. Jadi, tidak ada niat saya membentak pasien,” tegasnya.
Sebelumnya, seorang warga Dusun III Desa Kalioso, Afliani Hikma, mengungkapkan kekecewaannya atas pelayanan yang diterima. Ia merasa terlalu lama dibiarkan menunggu meski kondisi tubuh lemas.
“Perawat hanya asyik berbincang. Nanti saya tanya, ‘ses, masih lama?’ Baru itu saya dipanggil masuk ruangan dokter,” ungkap Afliani.
Ia juga menuturkan komunikasi dokter saat memeriksanya membuat dirinya tersinggung.
“Dokter bilang dengan nada tinggi, ‘aduh, ibu pe gula darah rendah karena tidak makan-makan.’ Padahal beliau tidak tahu kondisi saya di rumah,” ujarnya.
Lebih jauh, Afliani mengaku kecewa karena tidak mendapat layanan pemeriksaan gula darah dan asam urat akibat stik laboratorium kosong.
“Petugas bilang tidak ada stok, tapi juga tidak ada usaha untuk mencarikan,” keluhnya.
Selain itu, ia juga bermasalah ketika diarahkan ke apotek. “Dokter sudah bilang saya disuruh ke apotek, tapi setelah menunggu lama, malah ditanya lagi oleh petugas apakah saya sudah diperiksa dokter. Karena kesal, saya akhirnya memilih pulang tanpa membawa obat,” jelasnya.