Tilangonews.com – Tak banyak yang menyangka bahwa Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Gorontalo akan menjadi magnet politik dan prestise sebagaimana yang kita saksikan hari ini.
Di bawah kepemimpinan dr. Irawan Huntoyungo, KONI Kabgor menjelma menjadi lembaga yang tidak hanya aktif, tetapi juga hidup dan berdaya.
Tack line “KONI Kabgor Mandiri” bukan sekadar slogan kosong, tapi tercermin dalam berbagai langkah nyata yang membuat organisasi ini tumbuh mandiri secara program maupun eksistensi.
Kini, masa jabatan sang dokter memasuki ujung. Yang menarik, bukan hanya capaian yang dibicarakan publik, tapi siapa yang akan melanjutkan warisan ini.
KONI Kabgor telah menjadi “seksi”, bahkan cukup menggoda. Indikatornya jelas, mulai dari aktivis, politisi, birokrat, hingga jurnalis ikut melirik posisi ketua. Semua merasa punya peluang dan mungkin juga merasa terpanggil atau tergiur?
Saya melihat ini sebagai tanda baik sekaligus alarm kewaspadaan. Baik, karena berarti KONI Kabgor telah berada di tempat yang strategis, diperhitungkan, dan dianggap penting oleh banyak pihak.
Tapi ini juga peringatan, jangan sampai KONI dijadikan alat pencitraan semata, atau lebih parah kendaraan politik jelang kontestasi lainnya.
Kita tidak sedang memilih pemimpin seremonial. KONI bukan lembaga basa-basi. Ia adalah rumah besar bagi 23 cabang olahraga, tempat para atlet menaruh harapan dan mimpi.
Maka siapa pun yang maju, harus punya visi dan rekam jejak. Tidak cukup bermodal popularitas atau kedekatan politik semata.
Warisan sang dokter harus dijaga, bukan hanya dilanjutkan. KONI Kabgor butuh pemimpin yang tak hanya ingin memimpin, tapi juga siap bekerja, siap digerakkan dan menggerakkan. Karena olahraga bukan soal seremoni podium, tapi keringat, strategi, dan keberpihakan pada atlet.