DaerahKriminalNasional

Disekap di Kamboja, Warga Kabgor Minta Bantuan Pemerintah Untuk Pulang

Agus Hilimi, saat video call. Foto: Tilangonews.com

Tilangonews.com – Nasib pilu dialami Agus Hilimi (28), warga Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Niat mulia merantau demi memperbaiki ekonomi keluarga justru berujung derita.

Setelah dijanjikan gaji Rp9 juta lebih per bulan, Agus kini terjebak dalam jeratan sindikat perdagangan manusia (human trafficking) di Kamboja.

Kepada Tilangonews.com melalui sambungan video call WhatsApp yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, Agus menceritakan awal mula ia bisa berada di negeri orang.

Ia mengaku berangkat dari Gorontalo pada 7 Agustus 2025 lalu setelah dibujuk seorang temannya bernama Eby untuk bekerja di Thailand. Namun kenyataannya, ia justru diselundupkan ke Kamboja.

“Awalnya saya hanya ingin mencari rezeki yang halal, supaya bisa bantu keluarga. Tapi ternyata saya ditipu, saya dibawa ke Kamboja, bukan Thailand,” tutur Agus, Senin (25/8/2025).

Agus berangkat ditemani seorang kawannya bernama Handi. Namun saat berada di Jakarta, Handi memilih kabur karena curiga. Ia menolak saat dipaksa berbohong untuk mengurus paspor wisata ke Malaysia, bukan paspor kerja.

Agus yang polos akhirnya tetap melanjutkan perjalanan hingga akhirnya terjerumus ke jaringan sindikat.

Setibanya di Kamboja, Agus langsung dipaksa bekerja menipu orang melalui jaringan online. Ia ditargetkan merekrut korban menjadi “member”. Jika gagal, ia harus membayar denda sebesar 100 dolar Amerika.

“Saya tidak bisa komputer, jadi tidak tahu harus bagaimana. Saya tidak mau kerja menipu orang. Saya hanya ingin pulang karena saya diancam disiksa dan akan dijual di perusahaan lain,” ucapnya lirih.

Bukan hanya itu, gaji yang dijanjikan sebesar Rp9 juta per bulan dipastikan tidak akan pernah ia terima. Perusahaan ilegal yang menahannya beralasan bahwa biaya tiket dan perjalanan sudah dipotong dari upah. Bahkan, jika Agus nekat meminta pulang, ia diwajibkan membayar denda Rp50 juta.

“Saya sudah tidak tahan. Saya mohon pemerintah Indonesia bisa memulangkan saya. Saya ingin kembali ke orang tua, saya ingin pulang ke Gorontalo,” pintanya dengan suara penuh harap.

Sementara itu, keluarga Agus di Gorontalo hanya bisa menahan tangis. Sang ibu Hadija B. Tuli, dengan mata berkaca-kaca, mengaku sempat khawatir sejak awal kepergian putranya.

Kaka Agus bersama Ibunya.

“Pas dia mau pergi kami sudah tanya, ‘yakin sudah dengan keputusan ini?’ Dia bilang iya. Kami hanya bisa pasrah. Tapi ternyata dia hanya dijebak dan disekap di sana,” ungkap Hadija sambil meneteskan air mata.

Pihak keluarga sudah melaporkan kasus ini ke Polda Gorontalo dan berharap pemerintah daerah maupun pusat segera mengambil langkah.

“Kami mohon kepada Bupati Gorontalo, Gubernur Gorontalo, tolong anak kami dipulangkan. Kami takut terjadi hal buruk pada dia di sana,” pinta ibunya dengan suara terbata-bata.

Kasus yang menimpa Agus diduga kuat bagian dari praktik perdagangan manusia yang semakin marak menjerat anak-anak muda di Indonesia. Dengan iming-iming gaji tinggi, korban dijebak, diselundupkan, lalu dipaksa bekerja ilegal di luar negeri.

Kini, Agus hanya bisa berharap uluran tangan pemerintah agar segera diselamatkan dari jerat sindikat human trafficking dan bisa kembali ke kampung halamannya di Gorontalo.

Exit mobile version