Daerah

Inovasi SMA 2 Limboto, Ubah Cara Didik Tanpa Hukuman Tapi Penuh Makna

Tilangonews.com Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Limboto punya cara tersendiri dalam menangani peserta didik yang kerap berperilaku di luar aturan sekolah.

Alih-alih memberikan hukuman, sekolah ini justru menggunakan pendekatan pembinaan yang humanis dan mendidik.

Kepala SMA Negeri 2 Limboto, Maryam Ui, menegaskan bahwa di sekolahnya tidak dikenal istilah anak nakal. Ia menyebut mereka sebagai “anak-anak unik”, yaitu siswa dengan karakter dan potensi berbeda yang memerlukan pendekatan khusus agar bisa berkembang dengan baik.

“Kami tidak menyebut mereka anak nakal. Mereka hanya butuh bimbingan yang sesuai agar potensi positifnya muncul,” ujar Maryam Ui saat ditemui di sekolah, Jumat (17/10/2025).

Siswa yang tergolong “unik” ini biasanya memiliki kebiasaan seperti datang terlambat, bolos, melompat pagar, atau merokok di lingkungan sekolah.

Namun, bukan sanksi keras yang mereka terima, melainkan tugas sosial sebagai tim penyuluh bahaya merokok dalam kegiatan Jumat Berkah.

Lewat kegiatan itu, para siswa justru menjadi juru kampanye yang menyampaikan pesan edukatif kepada teman-temannya sendiri.

“Dengan cara ini, mereka bisa belajar dari pengalaman. Mereka sadar bahwa merokok bukan hal yang patut dibanggakan,” tambah Maryam.

Program tersebut merupakan bagian dari regulasi diri siswa, di mana pihak sekolah melakukan asesmen mendalam untuk memahami penyebab perilaku menyimpang.

Setiap siswa diminta menulis kisah pribadi tentang kehidupan di rumah dan sekolah, sehingga guru dapat mengetahui faktor lingkungan yang berpengaruh.

Dari hasil asesmen, ditemukan 14 siswa yang masuk kategori “anak unik” dan kini mendapatkan pendampingan intensif dari pihak sekolah.

Tak hanya itu, sekolah juga melibatkan peran orang tua lewat kegiatan “Orang Tua Belajar di Sekolah” yang rutin digelar setiap semester. Kegiatan ini bertujuan memperkuat sinergi antara sekolah dan keluarga dalam membentuk karakter anak.

Selain fokus pada pembinaan karakter, SMA Negeri 2 Limboto juga mengembangkan program kewirausahaan kreatif bernama Barber School, yang dikelola oleh OSIS. Di sini, siswa yang mahir mencukur rambut diberi kesempatan melayani teman-temannya dengan tarif Rp10.000 — separuh untuk siswa pemotong rambut, dan separuh lagi untuk kas OSIS.

“Barber School bukan sekadar tempat potong rambut, tapi wadah belajar tanggung jawab dan menumbuhkan rasa percaya diri,” ungkap Maryam.

Melalui berbagai inovasi tersebut, SMA Negeri 2 Limboto menunjukkan bahwa setiap anak dapat berubah dan berkembang — asalkan diberikan pendekatan yang tepat, penuh kasih, dan membangun karakter.

Exit mobile version